Minggu, 22 Mei 2016

Teluk Cendrawasih Punya Hiu Terbesar di Bumi

Sri Anindiati Nursastri - detikTravel - Kamis, 04/12/2014 15:51 WIB
Manokwari - Rhincodon typus, alias hiu paus adalah hiu terbesar di bumi. Desa Kwantisore di Teluk Cendrawasih, Papua adalah lokasi konservasi hiu paus. Traveler bisa menemukan bahkan berenang bersama ikan raksasa ini.

Perairan Teluk Cendrawasih di sebelah utara Papua adalah Taman Nasional dengan perairan terluas di Indonesia. Teluk Cendrawasih juga merupakan kawasan konservasi laut terbesar di Indonesia, sekaligus pusat penelitian hiu paus (whale shark).

Di sinilah, tepatnya di Desa Kwantisore, hiu paus sering muncul ke permukaan dan terbiasa berinteraksi dengan wisatawan. Mengutip situs resmi pariwisata Indonesia, Kamis (4/12/2014), mereka biasa muncul di sekitar bagan (rumah terapung tempat menangkap ikan). Ada 8 bagan yang terdapat di Desa Kwantisore.

Hewan raksasa yang jinak ini panjangnya 14 meter, namun hanya memakan ikan teri kecil (ikan puri) dan plankton. Hiu paus dapat dipanggil dengan cara melempar ikan puri ke laut. Mereka pun, terkadang berkelompok, langsung menyembul ke permukaan air!

"Dulu hiu paus ini sempat diburu oleh masyarakat. Kemudian Kemenhut dan WWF Indonesia bekerjasama dengan pihak Taman Nasional untuk membuat desa konservasi berbasis wisata di Kwantisore. Jadilah sekarang hiu paus mendatangkan penghasilan untuk masyarakat setempat," tutur Direktur Pemanfaatan Jasa dan Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung Kemenhut, Bambang Supriyanto saat dihubungi detikTravel.

Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) merupakan teluk yang dikelilingi beberapa pulau. Ada Pulau Biak, Yapen, Yoop, Nusrowi, Mioswaar, Numfor, dan Rumberpon. Teluk Cendrawasih berada di tepi Samudera Pasifik dan merupakan lempengan benua, sehingga sangat kaya akan flora dan fauna.

"Tentunya wisatawan harus menjaga keberlangsungan Taman Nasional. Tiket masuk TNTC Rp 5.000 untuk turis domestik, dan Rp 150.000 untuk turis asing. Snorkeling Rp 15.000, dan diving Rp 25.000. Murah kan?" papar Bambang.

Soal fauna bawah laut, wisatawan pasti lebih tertarik dengan Raja Ampat. Padahal, fauna di Teluk Cendrawasih tak kalah beragam. Ada remis raksasa, hiu, lumba-lumba, dugong, 209 jenis ikan, serta 4 jenis penyu yang dilindungi yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea).

Di Desa Kwantisore, traveler bisa berenang bareng hiu paus di permukaan laut. Selain Kwantisore, traveler juga bisa menemukan hiu paus di Ahe yang merupakan bagian Kepulauan Harlem. Pulau Yoop, Wendesi, Wasior, dan Yomber juga menjadi lokasi favorit untuk melihat ikan paus dan lumba-lumba, serta melihat sejumlah peninggalan kolonial dari abad 18.

Waktu terbaik mengunjungi Taman Nasional ini adalah Mei hingga Oktober, meski hiu paus selalu ada sepanjang tahun. Anda bisa mengunjungi Kantor Taman Nasional Teluk Cendrawasih di Jalan Trikora Wosi Rendani, Manokwari.

Beberapa operator diving menyediakan fasilitas menyelam, antara lain Pearl of Papua dan Papua Diving. Semua operator tur di sini merupakan jasa warga lokal.

"Mereka menyediakan paket wisata. Mulai dari penjemputan bandara, menginap di homestay, naik perahu ke Kwantisore, serta objek-objek wisata lainnya," tambah Bambang.

Untuk mencapai Teluk Cendrawasih, tersedia penerbangan dari Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar menuju Biak. Dari Biak, tersedia pesawat perintis seperti Susi Air ke Manokwari atau Nabire. Dari Bandara Nabire, Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Taman Nasional Teluk Cendrawasih menggunakan perahu motor sekitar 3 jam perjalanan.

Ikan puri, makanan hiu paus di Desa Kwantisore
(Yakub Hari Kristianto/dTraveler)

1 komentar: